K.H. Abdul Nasir Fattah
(Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang)
Ketika beliau tiba di Istana Negara, dihadapan banyak tamu dan teman-teman Gus Dur yang lain, Gus Dur memperkenalkan kepada mereka: “Ini, Kiai Afandi Indramayu, adalah ‘Teman Saya Nggudak Maling’ ketika Mondok di Tambakberas”.
KH. Afandi Indramayu, lengkapnya K.H. Afandi Abdul Muin Syafi’i, Pengasuh Pondok Pesantren As-Syafi’iyyah, Kedungwungu Indramayu, adalah salah satu murid pertama Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, yang didirikan oleh Hadlrotussyeh KH. Abdul Fattah Hasyim pada tahun 1953.
Santri Kepercayaan mBah Wahab dan mBah Fattah
Beliu mulai mondok di Tambakberas pada tahun 1953 sampai tahun 1962. Selama mondok, beliau termasuk salah satu santri yang dekat dengan Kiyainya, KH. Abdul Wahab Chasbulloh Said dan KH. Abdul Fattah Hasyim Idris. Karena dekat dan dipercaya oleh Kiyai, tidak jarang beliau diminta untuk mbadali jika Kiainya ada udzur. Sehingga saat itu, dikalangan para santri, beliau dikenal dan mendapat laqob atau julukan “Qori”. Demikian, kata KH. Moh. Faiq Hasyim Kedunglo Kediri.
Disamping mbadali ngaji dimasyarakat jika Kiainya ada udzur, beliau juga mempunyai rutinitas mengajar santri-santri junior. Suatu tugas dan kepercayaan yang jarang didapat oleh santri-santri senior yang lain, meskipun telah lama nyantri, kecuali santri yang mempunyai kelebihan dibanding santri-santri lain dan telah dianggap mampu oleh kiai.
Serupa dengan Kiai Fattah
Lisannya fasih, tutur katanya jelas dan suara yang keras dalam nengajar, sehingga tidak aneh jika beliau disenangi oleh para santri. Tidak sedikit para santri yang beliau ajar sewaktu di pondok, dikemudian hari menjadi kiai besar, seperti KH. Masruri Abdul Ghoni. Beliau bilang, dengan tawaddlu’nya, “Waktu di Pondok yang mengajar saya, tapi (ketika pulang) yang menjadi Kiai dia (Kiai Masruri). Pondoknya besar. Santrinya banyak.”
Hal ini mengingatkan saya kepada gurunya, K.H. Abdul Fattah Hasyim. Ketika mondok di Tebuireng, beliau juga sering ditugasi mbadali ngaji di masyarakat. Disamping itu juga ditugasi mengajar di kelas sifir awal dst sebagai guru kelas. Karena disenangi para murid-muridnya, ketika beliau pindah ke Denanyar, memenuhi panggilan sang mertua, KH. Bisri Syansuri, banyak murid-muridnya, sekitar 25 anak, ikut pindah ke Denanyar. Pada akhirnya, mereka juga ikut boyongan ke Tambakberas, ketika beliau diminta Pak De nya, KH. Abdul Wahab Chasbulloh untuk kembali ke Tambakberas membantu pamannya, KH. Hamid Chasbulloh.
Antara keduanya ada kesamaan dan perbedaan. Keduanya sama-sama dipercaya oleh kiainya untuk mengajar santri-santri junior. Keduanya sama-sama digemari murid-muridnya. Keduanya sama-sama mempunyai lisan yang fasih, tutur katanya jelas, suaranya keras dst. Sedangkan perbedaanya, yang paling nampak, adalah ketika boyong, dari Tebuireng ke Denanyar dan dari Denanyar Tambakberas, diikuti oleh murid-muridnya. Tidak demikian dengan beliau Kiai Afandi (Baca: “Kembali Ke Semangat Awal Pendiri NU”).
Diantara teman yang akrab dengan beliau sewaktu mondok di Tambakberaa adalah “Gus Dur”. Ditengah malam, sekitar jam 11-12, kadang-kadang diajak Gus Dur ngopi ditempat (warung) yang cukup jauh dan berada diluar area pondok. Pulang kembali ke Pondok sekitar jam 1-2 dini hari.
Suatu saat, sepulang dari ngopi dan sudah sampai di area Pondok, beliau melihat ada sesuatu yang mencurigakan. Beliau berkata ke Gus Dur, “Gus, ada seseorang disitu. Sepertinya pencuri. Sampean kejar Gus”. Gus Dur menjawab: “Sampean saja yang mengejar”. Saling menyuruh atau meminta ini berlangsung berulang-ulang, sampai pada akhirnya sang pencuri tahu dan melarikan diri.
Setengah abad kemudian, pada tahun 2000, teman beliau sudah berada di Istana Negara. Gus Dur menerima Amanat menjadi Presiden RI Ke 4. Sebagai Presiden, beliau tidak lupa atau melupakan teman-temannya sewaktu mondok. Beberapa teman di undang untuk berkenan datang di Istana Negara. Diantara mereka adalah KH. Afandi.
Ketika beliau tiba di Istana Negara, dihadapan banyak tamu dan teman-teman Gus Dur yang lain, Gus Dur memperkenalkan kepada mereka: “Ini, Kiai Afandi Indramayu, adalah “Teman Saya Nggudak Maling” ketika Mondok di Tambakberas”. Wallohu a’lam bisshowab.
Cirebon – Jombang, 21 September 2014.