Maroko, yang dalam bahasa Arab disebut “al-Magrib”, adalah bumi para ulama dan wali, dari dulu hingga kini Ulamadan Wali Maroko, kian eksis mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai lini pendidikan Islam dan spiritualitas Muslim di Indonesia, khususnya pesantren. Hal itu di buktikan dengan banyaknya kitab –kitab karya ulama Maroko yang di jadikan rujukan bahkan pelajaran wajib di berbagai pesantren di seluruh penjuru Indonesia, meskipun hal itu belumbanyak di sadari oleh publik.
Bahkan Ahmad Najib Afandi dalam disertasinya “al-Harkah as-Syufiyah bi Indonesia wa Atsaruha bi Falsafah al-Akhlak”, untuk meraih doktor di Maroko (2006), ia berhasil mengumpulkan data referensi bahwa salah satu “Wali Songo” penyebar Islam di Indonesia yang bergelar Al-maghriby, itu benar-benar berasal dari negara Maroko, diantaranya ditandai kalimat “Al- maghriby” adalah identitas bahwa ia berasal dari negeri Maroko.
Dalam kitab “Salwatu Al-Anfas wa Muhadatsatu Akyas”, karya syeikh Muhammad Ja’far Al-Kuttani ” disebutkan: Bahwa bumi Maroko adalah gudangulama dan wali, bahkan di kota fes Maroko saja terdapat ratusan ulama yang lahir dan dikuburkan di kota tersebut, yang dikenal melaluiberbagai kitabkaryanya yang beredar di berbagai penjuru dunia.
Kitab-kitab karangan ulama tersebut juga marak beredar di Indonesia. Hampir di semua pondok pesantren di Indonesia mengajarkan Nahwu(gramatika Arab) dengan berpegang pada kitab “Al-Jurumiyah” karya As-Syeikh Ibnu Jurum ulama yang lahir dan wafat di Fes(W 672 H), untuk modal memahami berbagailiteratur berbahasa Arab atau yang biasa oleh kalangan pesantren di sebut dengan “Kitab Kuning”. Kalaupun ada pesantren (di Indonesia) yang tidak mengajarkan kitab(gramatika Arab) tingkat menengah ini, itu jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Dan kitab itu adalah magnum opus daritokoh yang juga banyak mengarang kitab bidang fikih ini.
Ulama Indonesia pun tak meragukan lagi ke-a’liman Qodi I’yadh bin Musa (W 544 H) yang namanya kini di abadikan jadi sebuah Universitas di kota Marrakesh-Maroko yang makamnya terletakdi Bab I’lan yang masa dulu menjadi gerbang utama masuk Ibu kota Marrakesh –, sekitar 5 kilo meter dari Universitas tersebut–, dengan berbagai kitab karangannya -berbagai fan ilmu- sepertifiqih,tafsir dan berbagai fan ilmu dan pengetahuanlainnya, diantaranya kitab “Tartib al- MadarikwaAt-Taqrib al- Masalik.
Yang paling popular dikalangan Kiai pesantren Indonesia yaitu kitab Dalail al-Khoirotyang mana dikalangan Kiai pesantren Indonesia disebut-sebut sebagai kitab “Ajimat”, mempunyai nilai lebih tersendiri berkaitan dengan spiritualitas, lebih mengagumkannya lagi, kitab tersebut di mata para kiai Indonesiadianggaphanya orang-orangtertentu saja yang pantas membacanya–hal itu terkait dengan ajaran tasawufgolongantersebut–, adalah karya As-Syeikh Sulaiman Al-Jazuli kelahiran Fes, (W 870 H) di Marakesh, dimakamkan di pemukiman padatmasuk sekitar 1 meter dari Bab DoukalahMarrakesh itu, bahkan sampai kini diam-diam banyak ulama dari berbagai wilayah(Indonesia) yang berziarah ke makam pengarang kitab ini, di Marrakesh.
Termasuk, yang sampai kini masih terjalin secara resmi kelembagaan(jam’iyyah) antar ulama Maroko dan Indonesia, adalah “TarekatTijaniyah” yang digagas oleh syeikh Aba al-Abbas At-Tijani(W 1230 H) bermarkas di kota Fes, tidak jauh dari masjid Karaouiyine. Hampir setiap tahunnya generasi Syeikh Tijani(Fes) berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri acara jam’iyyah Tarekat Tijaniyah di Indonesia. Begitu juga ulama Indonesia, hampir setiap tahunnya ada saja yang berkunjung ke markas Tijaniyah, di Fes.
Contoh di atas hanyalah sedikit saja dari sekian pengaruh ulama Maroko di Indonesia.
Alhasil, begitu kuat pengaruh Intelektualitas dan spiritualitas ulama Maroko terhadap religiusitas dan spiritualitas Islam Indonesia. Kesemuanya itu terbentuk dan terbina secara alamiah,telah terjalin dan tertanam sejak berabad-abad silam dan tampaknya sulit untuk diganggu gugat.
Tidaklah berlebihan bila disebut: Ulama Maroko adalah guru para ulama Indonesia.
asrulloh Afandi, mahasiswa pascasarjana Universitas Qodi i’yadh Marrakesh, Maroko.Anggota pengasuh pondok pesantren Asy- syafi’iyyah Kedungwungu, Krangkeng Indramayu Jawa B