Tempat Salat Id di Maroko Berkubah dan Beratap Langit

Maroko – Tahun ini, hari raya Idul Fitri di Maroko jatuh pada Jumat(10/09/2010) Kaum muslimin di Maroko menyerbu ‘musholla’ untuk salat Id. Musholla yang dimaksud adalah lapangan terbuka beratapkan langit, namun dibangun dinding dan kubah.



Maroko merupakan negara Muslim penganut madzhab Fikih Maliki. Karena itu, di negara ini, salat Id, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, disunnahkan dan diutamakan dilakukan di lapangan terbuka atau di halaman-halaman masjid. Salat Id juga disertai dengan khutbah setelah salat berjamaah dua rakaat. Sebenarnya mirip dengan Indonesia, karena sebagian kaum muslimin di Indonesia melakukan salat Id di tanah lapang. Yang membedakan adalah pemandangan lapangan terbuka yang dijadikan salat Id, yang dikenal dengan nama ‘musholla’.


Musholla di Maroko bukanlah masjid kecil dan difungsikan sebagai tempat salat berjamaah lima waktu sebagaimana di Indonesia. Namun, musholla yang dimaksud adalah lapangan atau tempat terbuka sejenis yang dibangun kubah kecil dan dinding di kanan kirinya (lihat gambar-Red).

Musholla ini khusus hanya digunakan untuk pelaksanaan salat di hari raya. Di musholla-musholla ini, Departemen Agama di masing-masing daerah atas instruksi dari Departemen Agama pusat, mengkordinir dan memfasilitasi segala sesuatu yang dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan salat Idul Fitri dan Idul Adha.

Tidak hanya tikar dan pengeras suara, dan mimbar sementara yang disiapkan Departemen Agama, tapi yang utama adalah imam salat dan khatib, berikut keamanan dari pihak kepolisian.

“Salat Id di tempat –tempat semacam ini, selain diikuti oleh ribuan masyarakat dari berbagai kalangan, laki-laki dan perempuan, juga diikuti oleh para pejabat daerah yang sementara ikhlas mengenakan busana muslim khas Maroko, Jallabah (jubah khas Maroko yang ada tutup kepalanya) dan peci merah khas Maroko,” kata Dr Mohammad Bilkid, anggota parlemen asal daerah Marrakesh dari Hizb Al-Adalah Wa At-Tanmiyah (partai politik berhaluan Islami), di Maroko.

Dua Macam Salat Id

Di Maroko, ada dua macam salat id yang dilakukan kaum muslim: yaitu salat id dengan khutbah dan salat id tanpa khutbah. Dua macam salat Id tersebut direkomendasi oleh Wizaroh Al-Auqof wa Al-Su’un Al-Islamiyah (Departemen Agama) Maroko. Padahal, di negara Muslim penganut madzhab Fikih Maliki ini mengakui disunnahkannya khutbah selepas salat Id.

Salat Id yang disertai khutbah hanya dilakukan di musholla-musholla (lapangan terbuka yang dibangun kubah dan dinding dan beratap langit-Red) yang ditentukan Departemen Agama. Beberapa hari menjelang hari Raya –Idul Fitri atau Idul Adha–, di setiap masjid terdapat pengumuman dari Departemen Agama cabang masing-masing daerah, tentang nama-nama tempat yang akan digelar salat Id.

Sayangnya, jumlah musholla yang ditentukan Departemen Agama, relatif sedikit. Karena itu, para kaum muslim, terutama yang lanjut usia, sering mengalami kendala, seperti transportasi dan jarak yang jauh.

Oleh karenanya, selain di musholla-musholla yang telah ditentukan tersebut, Departemen Agama Maroko memperbolehkan dilaksanakannya salat Id di masjid-masjid terdekat.

Akan tetapi, salat Id di tempat-tempat ‘pengecualian’ ini, tidak boleh disertai khutbah. Selepas salat sunnah Id dua rakaat itu, kaum muslim hanya diperbolehkan melaksanakan doa bersama mohon ampunan pada Allah SWT dan mohon diterimanya amal ibadah Ramadan, serta juga doa bersama untuk kebaikan Raja Maroko beserta keluarganya. Setelah itu, kaum muslimin pun bubar.

Memang ada salat Id di Masjid yang disertai Khutbah tapi itu di tempat-tempat tertentu, dan harus atas ijin dari departemen agama (pemerintah)Umpamanya di daerah tersebut tidak ada Mushallah seperti yang dimaksud di atas.

Lantas bagaimana bila salat Id di masjid-masjid itu tetap diikuti dengan khutbah? “Jika ada khotib yang nekat berkhutbah setelah salat dua rakaat, maka dia akan dipanggil dan diperiksa oleh Departemen Agama setempat. Dia akan dituding tidak mengindahkan peraturan,” kata salah seorang dosen studi Islam universitas Qodi Iyadh, Maroko yang minta tidak disebutkan namanya.

Mengapa tidak ada khatib yang diutus ke masjid-masjid? Menurut Dr Idris Khalifah, Dekan Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Qurawiyin yang juga pengurus Al-Majlis Al-Ilmi Al-A’la kerajaan Maroko, khatib tidak diutus ke masjid-masjid, karena pelaksanaan salat id di masjid sudah di luar lingkatan keutamaan sunnah.

“Maka Departemen Agama Maroko pun merasa tidak perlu memfasilitasi lagi sarana dan prasarana salat Id di tempat-tempat tersebut, termasuk tidak mengutus khatib ke tempat salat tersebut,” jelas Idris.

Jadi, dengan landasan madzhab Maliki, salat Id di lapangan terbuka itu seolah-olah adalah ‘harga mati’ di mata Muslimin Maroko. Namun, karena jumlah musholla di daerah-daerah yang disiapkan pemerintah sedikit, maka banyak kaum muslim yang memilih ‘jalur alternatif’ dengan melaksanakan salat Id di masjid terdekat yang tanpa khutbah itu.

Bagaimana bila hujan mengguyur saat waktu salat Id tiba? Jika hari Raya itu jatuh di saat-saat musim penghujan, maka hampir semua salat Id dilaksanakan di masjid. Dalam dalam kondisi semacam ini di masjid – yang telah ditentukan — pun oleh Departemen Agama diperbolehkan untuk melakukan khutbah Idul fitri atau Idul Adha.

Nasrulloh Afandi

Awal publikasi:


detik.com, Kamis, 24/09/2009 16:06 WIB

http://search.detik.com/index.php?fa=detik.search&query=Nasrulloh+Maroko%27%27&sortby=time&sorttime=0&site=all&location=&fromdatex=&todatex=

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Buka obrolan
Hi, ada yang bisa kami bantu?
Jika membutuhkan informasi terkait Pondok Pesantren As-Syafi'iyyah, silahkan klik tombol chat sekarang!